Tuesday 6 September 2011

Saat menjelang kematian


Tersebut dalam suatu kisah bahwa Nabi Idris AS pernah didatangi malaikat Izrail yang ketika itu hendak “meminta izin” mengambil nyawanya. Beliaupun mempersilakan untuk dilepaskan nyawanya namun setelah itu dihidupkan kembali dengan izin Allah.
Apabila ditanya bagaimana rasanya (sekarat), beliau menjawab sesungguhnya sekaratul maut itu rasanya seperti disayat seratus pedang yang paling tajam di dunia.

Dalam kisah yang lain, tersebut dalam kitab Ihya Ulumuddin, karangan Imam Al-Ghazali, Nabi Muhammad SAW mengisahkan bahwa Nabi Ibrahim AS pun pernah didatangi oleh malaikat Izrail. Beliau diberi kesempatan untuk melihat bagaimana malaikat Izrail mengambil nyawa orang mukmin dan bagaimana Izrail mencabut nyawa orang kafir dan munafiqin.

Rasulullah SAW itu sangat bahagia melihat bagaimana malaikat maut berubah wajah menjadi pemuda tampan, berpakaian indah, harum baunya hingga orang mukmin yang hendak melepaskan nyawanya merasa sangat riang. Tetapi manakala Izrail akan mencabut nyawa orang-orang yang durhaka maka ia berubah menjadi makhluk yang hitam legam, berbulu dan mengeluarkan bau yang sangat busuk dari tubuhnya, pakaiannya serba hitam dan dari mulut serta lubang hidungnya keluar lidah api dan asap. Melihat kejadian itu Nabi Ibrahim pingsan. Setelah sedar beliau berkata, “Andai kata orang-orang kafir dan para pendurhaka itu tidak menerima siksa yang lain kiranya sudah cukuplah bagi mereka melihat bentuk dan rupa tadi.” Kisah ini diriwayatkan oleh Ibnu Abbas.

Tanda-tanda kematian seseorang boleh menjadi petunjuk mengenai baik buruknya kehidupan seseorang dialam akhiratnya. Ada beberapa pertanda yang boleh diamati ketika menjelang kematian seseorang, Rasulullah bersabda: “Tunggulah mayat saat menjelang kematiannya. Jika kedua matanya memancar, dahinya berkeringat, jalan nafasnya turun naik maka disitulah rahmat Allah turun kepadanya. Jika ia telah mendengkur seperti dengkuran anak onta serta warna (limpanya) telah beku dan mulutnya mengeluarkan buih, maka azab Allah telah turun kepadanya.” (HR. Hakim dan Tirmidzi)

Begitu pula, saat ruh Nabi Ibrahim dan Nabi Musa telah sampai di hadapan Allah SWT, Dia bertanya kepada keduanya tentang kesan-kesan saat dilepaskan nyawanya. Nabi Ibrahim AS mengatakan seperti terkena besi pembakar yang diletakan dalam buku yang basah kemudian ditarik. Sedangkan Nabi Musa AS mengatakan seolah-olah seperti kambing hidup yang dibuang kulit oleh tangan pemotong haiwan. Nabi Muhammad SAW pun merasakan betapa pedihnya sakaratul maut itu. Beliaupun bahkan meminta pertolongan secara khusus kepada Allah karena demikian sakitnya sakaratul maut itu. Beliau pun bahkan meminta pertolongan secara khusus kepada Allah karena demikian sakitnya sakaratul maut itu. Disebutkan dalam hadits Ummul mukminin, ‘Aisyah ra berkata: “Aku melihat Rasulullah SAW saat akan wafat, disampingnya ada bekas berisi air. Beliau memasukkan tangannya ke dalam bekas itu lalu diusapkannya ke wajah beliau seraya berdoa:

“Allaohumma a’innii ‘alaa sakarootil-mauuti”, “Ya Allah, tolonglah daku dari sakaratul maut ini” (HR. Ahmad, Nasa’i, Ibnu Majah, dan Tirmidzi).

Nabi dan Rasulullah diutus ke dunia untuk menjadi uswah hasanah (contoh yang baik). Beliau mengajarkan kepada kita tentang proses kematian yang teramat menyakitkan. Jadi, jika utusan Allah saja merasakan demikian beratnya proses menjelang kematian maka apalagi kita yang hampir dalam setiap gerak dan langkah tak lepas dari salah dan silap.

Kisah-kisah ini dikemukakan sebagai peringatan kepada penulis dan pembaca sekalian agar kita segera memohon ampun atas segala kesalahan dan kealpaan kita selama ini. Segera bertaubat nasuha dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan terkutuk masa lalu. Mohon Allah ampunkan segala dosa-dosa kita dan mohon memberikan kita taufik dan hidayah agar hidup kita di akhirat nanti bahagia.

Segera bermuhasabah diri, memperbaiki segala kekurangan dan menambah amal soleh semampu yang boleh. Kalau selama ini kita selalu bertangguh untuk berbuat baik, maka kesempatan hidup yang masih Allah berikan ini dapat kita segera pergunakan untuk kebaikan kepada jalan Allah dan kebaikan kepada manusia lain.

Hidup dan mati kita hanyalah kerana Allah dan cinta Allah yang kita cari.

Ismail Abdullah, Teras Jernang, 7 September 2011.

No comments: